Tuesday, April 7, 2009

the death of a poem / kematian sebuah puisi

Focus tomorrow’s horizon
Sorrow means no future
Cover my face
With my guilty hands

It’s the season the trees die
The birds don’t sing anymore
The rivers never come back
Nature dies out

This tragic figure
destined to hurt never heal
What end can save me
What good gives me an end

Nothing is innocent
Nothing is fair
I keep wondering
How did I end up like this

First passion
Now is lost
A dramatic dead story
I killed all I have
My sadness is
Translated into madness
I spell meaningless words
A poem for sorrow and death



Lihat ufuk hari esok
kesedihan tidak memberi maksud
pada makna masa depan
selindungkan wajah
disebalik tangan-tangan
yang bersalah

inilah musim pohon-pohon mati
burung-burung tidak lagi bernyanyi
sungai-sungai tidak lagi berpergian
alam mati

susuk tragis ini
ditakdirkan untuk melukai
tidak pernah merawati
apakah penghujung
yang mampu menyelamatkan
apakah kebaikkan
yang ada di hujung jatuh nanti?

tiada apa yang naïf
tiada apa yang adil
membingitkan persoalan
bagaimana begini?

ghairah pertama
kini telah hilang
kisah kematian
membunuh segala yang ada

kesedihan
diterjemahkan dalam kegilaan
mengatur kata dan diksi
untuk kesedihan dan kematian
sebuah puisi…

Monday, April 6, 2009

Usman awang's piece

Melayu itu orang yang bijaksana
Nakalnya bersulam jenaka
Budi bahasanya tidak terkira
Kurang ajarnya tetap santun
Jika menipu pun masih bersopan
Bila mengampu bijak beralas tangan.


Melayu itu berani jika bersalah
Kecut takut kerana benar,
Janji simpan di perut
Selalu pecah di mulut,
Biar mati adat
Jangan mati anak.


Melayu di tanah Semenanjung luas maknanya:
Jawa itu Melayu, Bugis itu Melayu
Banjar juga disebut Melayu, 
Minangkabau memang Melayu,
Keturunan Acheh adalah Melayu,
Jakun dan Sakai asli Melayu,
Arab dan Pakistani, semua Melayu
Mamak dan Malbari serap ke Melayu
Malah mua'alaf bertakrif Melayu
(Setelah disunat anunya itu)


Dalam sejarahnya
Melayu itu pengembara lautan
Melorongkan jalur sejarah zaman
Begitu luas daerah sempadan
Sayangnya kini segala kehilangan


Melayu itu kaya falsafahnya
Kias kata bidal pusaka
Akar budi bersulamkan daya
Gedung akal laut bicara


Malangnya Melayu itu kuat bersorak
Terlalu ghairah pesta temasya
Sedangkan kampung telah tergadai
Sawah sejalur tinggal sejengkal
tanah sebidang mudah terjual


Meski telah memiliki telaga
Tangan masih memegang tali
Sedang orang mencapai timba.
Berbuahlah pisang tiga kali
Melayu itu masih bermimpi


Walaupun sudah mengenal universiti
Masih berdagang di rumah sendiri.
Berkelahi cara Melayu
Menikam dengan pantun
Menyanggah dengan senyum
Marahnya dengan diam
Merendah bukan menyembah
Meninggi bukan melonjak.


Watak Melayu menolak permusuhan
Setia dan sabar tiada sempadan
Tapi jika marah tak nampak telinga
Musuh dicari ke lubang cacing
Tak dapat tanduk telinga dijinjing
Maruah dan agama dihina jangan
Hebat amuknya tak kenal lawan


Berdamai cara Melayu indah sekali
Silaturrahim hati yang murni
Maaf diungkap senantiasa bersahut
Tangan diulur sentiasa bersambut
Luka pun tidak lagi berparut


Baiknya hati Melayu itu tak terbandingkan
Segala yang ada sanggup diberikan
Sehingga tercipta sebuah kiasan:
"Dagang lalu nasi ditanakkan
Suami pulang lapar tak makan
Kera di hutan disusu-susukan
Anak di pangkuan mati kebuluran"


Bagaimanakah Melayu abad dua puluh satu
Masihkan tunduk tersipu-sipu?
Jangan takut melanggar pantang
Jika pantang menghalang kemajuan;
Jangan segan menentang larangan
Jika yakin kepada kebenaran;
Jangan malu mengucapkan keyakinan
Jika percaya kepada keadilan.


Jadilah bangsa yang bijaksana
Memegang tali memegang timba
Memiliki ekonomi mencipta budaya
Menjadi tuan di negara Merdeka 

(In the process of translating and finding the source) Thanks Faizal.

Malays are intelligent people
Their naughtiness is always coated with jokes
Their attitude and politeness always at its best
Their rudeness is always coated with politeness
even when lying, they lie politely
When 'kissing ass' they know how to cover it with their hands.*

Malays are brave when they are wrong
scared when they are right
Promises are kept in the stomach 
secrets are revealed through their mouth
let the tradition die
but dont let the children die

The definition of Malays are very broad
Javanese are Malays,
Bugese are Malays,
Minangkabau are Malays,
The Achehs are Malays,
Jakun and Sakai Asli are Malays,
The arabs, The Pakistani, all are Malays,
Mamak and Malbari Malays,
Even the Muallaf(newly converted) are considered Malays
(after circumcision)

In its history
Malays are sea explorers
(Melorongkan jalur sejarah zaman)
Very broad border of district
too bad, its vanishing.

Malays are rich with philosophy
proverbs are its heritage
roots of kindness are sowed in effort
(Gedung akal laut bicara)

unfortunately, Malays are good in shouting
too excited with fiesta and party
but the village have been sold to others
(Sawah sejalur tinggal sejengkal)
(Tanah sebidang mudah terjual)


Still translating this, if you have suggestions in translating the ones in brackets, please do share. Thanks. 

Monday, February 9, 2009

Badan Binasa

Kerana Pulut,
Santan binasa,
Kerana Mulut, 
Badan Binasa

Literal Translation

Because of glutonous rice,
The coconut milk is spoiled,
Because of the mouth,
The body is spoiled.

*Meaning one can get hurt by saying the wrong things. This pantun is used in the olden Pendekar movies when a pendekar is giving warning to his enemy. He recites this pantun before he starts to beat up the bad guy. So basically this pantun is a flowery version of saying "Shut your mouth before I beat you up".

Friday, February 6, 2009

Sikit dan bukit

Sikit-sikit
Lama-lama jadi bukit

Literal Translation

little by little
Time goes by it will become a hill.

Monday, January 12, 2009

Bumi ku pijak

Di mana bumi ku pijak,
Di situ langit ku junjung.

Translation
Wherever land(earth) that I step on,
That is where I will hold the sky.

*This deals with the issue of taking responsibility.